Skip to main content

Our National hero, Jendral Soedirman

Jendral Soedirman

Raden Soedirman (24 January 1916-29 January 1950) was a high-ranking Indonesian military officer during the Indonesian National Revolution. The first commander of the Indonesian National Armed Forces, he continues to be widely respected in the country.

Soedirman also teached at Muhammadiyah. He taught his students on moralty using examples from the lives of the prophets and traditional wayang stories. One of his students later recalled that Sudirman was an even-handed and patient teacher who would mix humour and nationalism in his lessons; this made him popular with the students.

He married Alfiah, a former schoolmate and the daughter of the rich batik merchant Raden Sastroatmojo, when he returned to Cilacap to teach at Muhammadiyah elemantary school. The couple went on to have three sons, Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, and Taufik Effendi, and four daughters, Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, and Titi Wahjuti Satyaningrum.

So, What should we learn from Jendral Soedirman?

We must have the spirit to fight all things in our life like Jendral Soedirman. Although he was sick, he led guerrilla war even Mr. Soekarno didn’t allow him.
He has a really big responsibility as a leader. And he ignored his health for the freedom for Indonesian people. He put everyone first before himself. He always said to his soldiers to keep up their spirits and instructed them like there’s nothing happening with himself. We need to put everyone first before ourselves. And we also must have big responsibility as a leader like him. 


Well I hope you can get inspired by reading this article. Thank you, and GBU!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Our national culture, Batik!

Batik? Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Batik di Indonesia memiliki beragam pola dan juga bentuk. Karena itu, ada berbagai macam batik di Indonesia ini. Sebagai masyarakat Indonesia kita perlu melestarikannya. Mengapa? Karena batik berasal dari Indonesia, jangan sampai kebudayaan ini diambil lagi oleh negara lain, lalu baru kita coba untuk pertahankan.  Sebagai warga negara Indonesia kita seharusnya lebih sering memakai batik dibanding orang-orang luar negeri. Dan orang-orang luar negeri pun juga sangat suka dengan batik. Karena itu kita harus b...
Masikah generasi Z menerapkan sumpah pemuda dalam kehidupannya sehari-hari? Tentu, masih. Generasi Z masih ingat betul dengan sumpah pemuda dan peristiwa-peristiwa kemerdekaan yang pernah terjadi di Indonesia ini. Tetapi, tidak sedikit dari generasi ini yang lupa akan menerapkannya, mereka hanya mengingat peristiwanya tanpa mengambil moral dari peristiwa itu. Lalu, bagaimana generasi Z menerapkan sumpah pemuda? Dalam hari sumpah pemuda generasi Z memakai baju tradisional untuk memperingati hari sumpah pemuda. Generasi Z juga tidak terpecah/rasis. Mereka tidak berteman dengan yang satu suku saja, melainkan sudah berbaur dengan satu suku dan yang lainnya. Generasi Z juga sudah menerapkan musyawarah dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pemilihan pengurus kelas, ketua OSIS, dan lain-lain. Yang paling terpenting, generasi Z terus dan terus belajar untuk memajukan Indonesia sebagaimana yang diinginkan dan diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan kita terdahulu.

Kenapa saya memilih SMA Negeri 68?

Kenapa saya memilih SMA Negeri 68? Sesuai dengan judulnya, awalnya itu emang udah direncanain semenjak naik kelas 9. Karena mau cobain suasana baru di sekolah negeri gitu. Soalnya dari SD sekolahnya swasta mulu. Trus temen-temen juga ngajakin juga. Soalnya bosen banget di swasta mau nyari suasana belajar baru. Nah, awalnya sebenernya maunya di SMA Negeri 39, karena lebih deket dari rumah. Dan ada om yang alumni sana juga. Eh ternyata pas mau daftar zonasi kartu keluarganya ga satu zonasi. Trus yaudah deh yang bisa dan bagus cuman SMAN 68. Trus waktu minta saran ke keluarga, pada setuju semua. Dan mereka juga bilang banyak alumni 68 yang keterima di UI dan ptn-ptn yang bagus lainnya. Sebenernya emang ngincar UI karena aku mau masuk jurusan hukum. Mau jadi jaksa. Awalnya aku sama sekali gatau dan gapernah ke SMAN 68. Belom nyari tau juga. Pertama kali ke 68 itu pas lapor diri dan ternyata sekolahnya bagus, lebih bagus daripada pilihan awalnya aku sih. Jadi ga nyesel masuk SMA Negeri 68....